Selasa, 13 Juni 2017

Dian Hehanussa senang dengan model kebarat-baratan

Dian Hehanussa senang dengan model kebarat-baratan



Dian Christina Hehanussa (Dee) boleh jadi produser film termuda di Indonesia. Debutnya Mengejar Matahari akan disusul Tentang Dia. Dari kecil dia memang ingin terjun ke film.  

Dari kecil memang Dian Christina Hehanussa  ingin main film entertainment. Kemudian dari model, perempuan kelahiran Ujung Pandang 28 Agustus 1983  ini  ingin menjadi pramugari, bahkan ingin menjadi pembalap. Namun sang ayah memperingatkan kalau mau jadi pembalap mau cepat mati. Begitu juga kalau mau jadi pramugari sang ayah menentang. Namun perempuan yang dikenal sebagai Dian Hehanusa ini keras kepala dan bilang kapanpun orang bisa mati. 

Namun berkat kekerasan kepala inilah pemilik tinggi 170 cm dan berat 53 kg mau menjadi produser film Mengejar Matahari yang disutradarai oleh Rudi Soedjarwo.  Film itu cukup mendapat sambutan penonton.  Kemudian  dia memproduseri film Rudi berikutnya Tentang Dia. Usianya yang cukup muda untuk menjadi produser film. "Saya dekat dan sangat dekat dengan Rudy," kata warga Gading Griya Lestari ini.

Dee, demikian nama panggilannya mengaku suka model baju yang kebarat-baratan, karena badannya lebih  cocok ke sana daripada memakai baju yang model Hongkong. Untuk merek Dee suka Mark n Spencer walau tidak selalu memakai baju merek itu. "Kalau parfum saya suka ganti-ganti. Misalnya kalau baju yang simple saya juga pakai parfum yang simple. Kalau ke pesta nggak mungkin dong saya pakai parfum yang light yang anak muda banget," katanya. Dia juga mengaku punya hobi mengoleksi botol minuman seperti Jack Daniel, Black Label, Barndy dan Vodka. 


Saya Lebih Fokus di Film 
Suatu hari saya bertemu Rudi Soedjarwo. Dalam obrolan Rudi bilang punya cerita yang stuck dan saya tertarik karena cerita itu bagus. Lalu saya  mengembangkan cerita itu. Lalu dia bilang kepada saya:"Kamu ngomong panjang lebar tentang cerita itu, tetapi tidak berani memproduseri film ini. " Lalu saya menjawab: "Siapa takut? Ini juga suatu pengalaman buat saya." Dari situlah awal film Mengejar Matahari. 

Untuk film saya pernah membintangi Novel Tanpa Huruf R yang disutradarai Aria Kusumadewa. Sementara untuk sinetron saya pernah berperan dalam Sangkuriang, Setelah Puteri Pergi bersama Sophan Sophian. Namun saya memang lebih tertarik pada film.  Kalau sinetron kan industri sekali, seorang produser cepat sekali merekrut pemain, memproduksi sinetron langsung jadi. 

Kalau film kita harus teliti semua proses mulai dari pre production, bikin naskah, pilih pemain. Untuk pengembangan skenario saja butuh satu tahun.  saya tertarik pada film lebih into it, lebih fokus ke satu cerita. Kalau sinetron pagi saya bisa syuting di tempat A Siang  di tempat B, jadi tidak fokus.  Kini saya memproduseri film Tentang Dia yang akan diputar di bioskop Februari 2005 ini. Tahun ini juga saya mau ambil sekolah film di sinematografi di Amerika.


Keluarga Gado-gado
Saya tinggal di Kelapa Gading sejak duduk di bangku kelas satu SD. Kami sekeluarga sudah dua kali pindah. Pertama tinggal di Pelepah Indah setelah pindah dari Ujung Pandang.  Dari Pelepah pindah ke Kelapa Nias dan kini di Griya Lestari. Namun untuk aktif di kegiatan lingkungan lebih banyak papa dan mama. Doa di lingkungan gereja saya ikut kalau kebetulan rumah saya ketempatan giliran.  Kadang-kadang saya supiri anak-anak sekolah minggu ke gereja. 

Ayah saya,  Jeffrey Hehanusa  bekerja di perusahaan Australia yang bergerak di alat-alat berat. Ayah punya darah Ambon, Aceh, sekaligus Belanda. Sementara Ibu saya, Susanna Elizabeth bekerja di Bank mandiri. Ibu keturunan Cina-Belanda.Kalau liburan  saya bersama keluarga kadang ke luar kota. Kami pernah keliling Eropa waktu saya SMP,  ke Bali pernah konvoi satu keluarga, yang pasti ke Makassar untuk pulang kampung. 

Kalau tempat nongkrong favorit di mal (MKG), tentu saja, memang mau di mana? Kalau di mal saya bisa mencar-mencar, di Gading Food City ada tempat favorit Sari 21, masakan Ujung Pandang di luar mal saya ada restoran favorit Pangsit Makassar dan Baji Pamai, untuk minum kopi saya suka Starbucks. Saya suka kopinya karena rasanya beda.


Saya Takut Hitam
Saya kini kuliah di Jurusan Psikologi Unika Atmajaya karena saya pilih sendiri. Papa menganjurkan kuliah di kedokteran tetapi mama menyarankan kuliah di Fakultas Ekonomi. Saya tidak pilih dua-duanya.  Waktu kelas dua SMA, Papa maunya saya masuk IPA tetapi saya mau IPS dan agak berantem.  Kalau di psikologi kita bisa berdebat dan semua jawaban benar. Sebab semua jawaban benar tidak ada yang absolut. 

Saya sedang cuti dari semester 4 sampai semester 5 sambil kuliah syuting sinetron. Dulu sempat gabung di UKM swim, dive dan main bola voli. Untuk kegiatan renang pernah ikut, tetapi untuk diving belum pernah karena saya takut kulit saya hitam.  Soalnya kalau hitam, main sinetron saya tidak kontinyu. 

Saya   tidak suka nongkrong dan sekali ikut banyak teman komplain karena waktu habis untuk sinetron dan untuk pacaran. Kadang saya protes kok enggak diajak ke suatu acara. Lalu teman-teman saya bilang: "Kayak ada waktu saja!" Saya cuma bisa tertawa.



Kamis, 08 Juni 2017

Soegiandi Owner & Managing Director Amazone

Soegiandi Owner & Managing Director Amazone


Film silat, bagi sebagian orang hanyalah tontonan biasa. Tontonan yang menghibur. Tapi tidak, bagi pemilik Amazone, Soegiandi (36). Bagi bapak 2 anak ini, film silat memiliki filosofi tersendiri. Filosofi itulah yang diterapkan dalam manajemen bisnisnya hingga kini. “Banyak strategi dan filsafat yang dapat diambil dari ilmu silat. Bagaimana dahulu orang-orang membuat suatu kerajaan, itu membutuhkan strategi dan manajemen yang mumpuni,” ujar penonton setia film silat ini.

Bagi pemilik bisnis arena permainan anak-anak, dalam berbisnis, tidak mengenal istilah trial dan error. Menurutnya, memahami inti bisnis yang baik sebelum memulai suatu usaha merupakan hal dasar. “Harus dimiliki seorang entrepreneur pemula,” katanya.

Caranya, “banyak belajar, bertanya, dan memperhatikan orang lain. Selain itu jangan terlalu percaya kepada data tertulis, coba langsung lihat di lapangan, simulasikan bisnis apa yang akan dijalani. Sehingga akan didapat data yang tepat dari sisi angka-angka dan kehidupan nyata,” jelas jebolan  S2 Manajemen Internasional dari Prasetiya Mulya Business School ini.

Amazone, yang dirintis Soegiandi sejak tahun 2001, kini menuai sukses. Totalnya berjumlah 60 outlet. Tersebar di berbagai kota besar di Indonesia. Awalnya, kata pria kelahiran 12 maret ini, bisnisnya mengalami banyak kesulitan. Sebabnya, masyarakat lebih mengapresiasi label impor ketimbang lokal (amazone). “Selain itu kita tidak didukung grup usaha alias berdiri sendiri dan tidak menempel dengan mall atau departemen store. Butuh perjuangan untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak mall,” ujarnya kepada Info PluitKapuk.


Outlet pertama dan kedua, ia dirikan di Medan dan Lampung. Outlet Amazone di Pluit Junction merupakan outlet-nya ke-58. Ditanya soal kunci keberhasilan, warga Kelapa Gading ini menjawab sederhana: kepercayaan. “Kepercayaan dari orang lain kepada kita dan keperayaan yang dimiliki diri sendiri untuk memulai suatu bisnis,” ucapnya.

Rabu, 07 Juni 2017

Sensasi Makan ala Zaman Batu

Sensasi Makan ala Zaman Batu

Zaman batu telah berlalu. Namun untuk mengetahui sensasi cara masak dan makannya datang saja ke Stonegrill.

Stonegrill satu-satunya di Indonesia dan yang pertama di Jakarta. Restoran franshise dari Australia ini memiliki tiga cabang, Mega Kuningan, Arteri Pondok Indah, dan Pluit Junction. Semua makanan Stonegrill terkenal sehat dan bergizi tinggi. Pasalnya, tanpa minyak, terjaga kualitas bahan bakunya, dan disajikan dalam kondisi fresh.

Harga yang ditawarkan mulai dari Rp. 65 ribu hingga Rp. 380 ribu. Untuk Australian Rump Steak dibanderol seharga Rp. 95 ribu, dan Australian Rib-Eye Steak seharga Rp. 99 ribu. “Semakin mahal makin enak dan kualitasnya paling baik,” ujar Irfiani Dwi Satya, Supervisor Stonegrill.

Takut kolesterol? Hmm, yang benar saja, di resto ini tersedia pilihan daging dengan kolesterol rendah. Semuanya disediakan sesuai pilihan, termasuk ditimbang kadar kolesterolnya. Bagi yang suka jamur, rasakan sensasinya. Cara  masaknya juga sama, di atas batu panas yang telah di oven selama 8 jam.

Bagi yang tak suka daging, tak perlu kuatir. Stonegrill cukup bijak dengan menyediakan pilihan menu seafood. Untuk menu seafood yang menjadi favorit, kata Irfiani, adalah ikan dori. Ikan ini diimpor langsung dari Jepang. Walaupun sama-sama dimasak di atas batu panas, cara masaknya agak beda. Sebisa mungkin, kata Irfiani lagi, jangan dibolak-balik hingga matang. Pastinya, server yang ada selalu menuntun anda dengan ramah. Wow, ada kerang hijau juga. Ya, tapi kerang hijau yang dihadirkan di sini khusus didatangkan dari New Zealand.

Untuk appetizer, tersedia 9 menu. Sebut saja Portobello au Gratin, A Stonegrill Indonesia’s Original. Sedangkan untuk dessert, Stonegrill menyediakan 7 pilihan menu. Andapun dapat memilih Brownis ala Mode, Homemade Tiramisu, atau Hot Wild Berries on Vanilla Iced Cream. Jangan lupa, cicipi beragam menu Soup, Salad, dan Pasta. Pasti ketagihan.

Suasana makan makin tergugah jika ditemani minuman yang mendukung. Menu beverage yang disediakan mulai dari softdrink, juice, juga milk-sakhe. Bahkan wine, yang disediakan khusus bagi penggemar wine. “Makan daging atau seafood memang paling enak sambil minum wine,” celetuk Joni yang menemani Info PluitKapuk bertandang ke Stonegrill. Untuk jus, “jus paling fresh dan paling banyak diminati adalah jus stroberi,” jelas gadis imut yang biasa disapa Fifi ini. 

Senin, 05 Juni 2017

Ahmad Sholeh Dimyathi Kepala Sekolah SMK Negeri 56 Jakarta

Ahmad Sholeh Dimyathi Kepala Sekolah SMK Negeri 56 Jakarta


Sosok pria paruh baya ini patut ditiru. Haji Ahmad Sholeh Dimyathi selalu berupaya meningkatakan potensi anak-anak didiknya dengan hal-hal baru. Ya, kelahiran Pati, 17 Oktober 1954 ini selalu membuat gebrakan di sekolah yang dipimpinnya, SMK Negeri 56 Pluit, Jakarta. Prinsip hidupnya sederhana. Yakni, “menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah,” pungkasnya.

Gebrakan yang dibuat, misalnya membuka program praktek kerja industri bagi siswa binaannya di SMK Negeri 56 Jakarta. Sebelum mengepalai SMK Negeri 56 Jakarta, ia menjadi Kepala Sekolah SMK 20 Fatmawati. Pada masa itu, bapak 3 orang anak ini mengembangkan sekolah dengan membuka program baru, Perbankan Syari’ah.

Lulusan Pasca Sarjana SDM dari STIM-LPMI Jakarta ini gemar mengikuti sejumlah pelatihan-pelatihan. Kursus Pertamanan dan Perencanaan Konstruksi di ATPU Akademi Teknik Pekerjaan Umum Bandung, membuka jiwanya untuk mengawali perjalanan karirnya sebagai tenaga pendidik.

Pada tahun 1998, pria yang senantiasa fun, fresh, dan focus ini mengikuti program Seleksi Kepala Sekolah, juga pendidikan Calon Kepala Sekolah di Malang. Ia pun berhasil meraih peringkat I sebagai peserta terbaik. Sejak itu ia dipercaya mengemban tugas sebagai kepala sekolah. Salah satunya di SMK Negeri 56 Jakarta yang diemban hingga kini. @ beatrice


Yang Huang Lim Guru Shufa (Seni Kaligrafi Tiongkok)

Yang Huang Lim Guru Shufa (Seni Kaligrafi Tiongkok)


Sekolah Sutomo, Medan, Yang Huang Lim terpikat seni kaligrafi Tiongkok (shufa) sejak kanak-kanak, yakni ketika di Sekolah Sutomo, Medan. Di sekolah itu pula Huang Lim, begitu ia akrab di sapa, mempelajari bahasa mandarin. “Saya mencintai kaligrafi ini sejak kecil karena waktu nulis, hati dan pikiran kita bisa tenang dan fokus pada tulisan kita,” ujar pria kelahiran 4 April 1940. “Apalagi menulis shufa bisa membuat tubuh sehat dan panjang umur.” 

Sekitar tahun 1970-an, Huang Lim mencoba peruntungan ke Jakarta. Ia pun menjalankan usaha antar jemput anak sekolah. Setelah pensiun, barulah di tahun 2003 kakek 3 cucu ini kembali bersua dengan shufa. “Saya kembali mendapat kesempatan untuk memperdalam shufa di Perkasi dan belajar di sana selama hingga tahun 2006,” ujar Huang Lim.

Setelah cukup mahir menulis shufa, di tahun 2007, seniman shufa yang ahli di gaya penulisan kaishu ini bergabung dengan Yayi Culture and Art Centre dan mendapat kesempatan menjadi guru shufa sekaligus salah satu pengurus Yayi. Beragam prestasi pernah didapatkan, seperti penghargaan kategori Baik atau juara 4 di kejuaraan kaligrafi Shanghai Phang Shu tahun 2007 dan 2008 yang diikuti dari 6000 lebih peserta setiap tahunnya.

Huang Lim juga merasakan suka dan duka selama menjadi guru shufa. “Yang sulit adalah saat mengajar anak kecil karena daya tangkap mereka masih kurang,” ujar Huang Lim. “Apalagi di Indonesia ini yang bisa bahasa mandarin sangat kurang. Kebanyakan usia 50 tahun ke atas yang baru bisa berbahasa mandarin.”

Profesinya sebagai guru shufa di Yayi hanyalah kerja sosial dan tidak mencari keuntungan materi. “Tujuan saya hanya untuk mendorong agar kaligrafi ini bisa berkembang di Indonesia,” ujar Huang Lim. “Jangan sampai putus hanya karena yang suka seni kaligrafi ini hanyalah orang yang sudah berumur.”


Namun Huang Lim tetap bersyukur bahwa sekarang peminat seni shufa di Indonesia sudah mulai banyak, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang usia lanjut. Menurut Huang Lim, shufa memang tidak memerlukan pendidikan formal seperti sekolah-sekolah. “Kuncinya adalah harus rajin berlatih. Kalau tidak, tidak akan jadi ahli shufa,” ujar pria yang mengaku sejak tahun 2003 terbiasa menulis shufa setiap hari. @ julia

Selasa, 30 Mei 2017

Tjhi Fat Khiong Ketua Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Pluit

Tjhi Fat Khiong Ketua Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Pluit

Tjhi Fat Khiong
Sumber : Twitter

Baginya, sebagai warga negara Indonesia, ia merasa mempunyai kewajiban membangun dan mengatur bangsa ini. Ia tidak mau hanya memperoleh hak-hak saja tanpa berbuat apa-apa. “Saya memperoleh hak-hak hidup di negara ini maka saya juga punya kewajiban atas negara ini,” ujar pria yang akrab disapa Akiong.

Karena itu ia banyak turun langsung kemasyarakat dan bergabung dalam organisasi kemasyarakatan. Saat ini ia dipercaya duduk sebagai ketua FKPM Pluit sejak 2 tahun yang lalu. Tidak hanya itu ia juga menjabat sebagai ketua RW 17 Kelurahan Pluit, Anggota Palang Merah Indonesia (PMI), ketua Pengamanan Terpadu di Muara Karang, dan penasehat Pokdar (kelompok sadar dan ertib) Pluit.

Dengan aktif dalam masyarakat pria kelahiran 13 Maret 1956 ini bisa merasa berguna bagi masyarakat. Ia mencontohkan sebgai ketua Pengamanan Terpadu di Muara Karang ia melatih anggota kamtibmas 9 RW di Muara Karang agar siap menghadapi keadaan apa pun. “kita melatih anggota kamtibmas dengan pengetahuan tentang narkoba, pengaturan lalu lintas, peraturan baris berbaris, menghadapi bencana, dan pemadaman kebakaran. Jadi sewaktu-waktu dibutuhkan anggota kamtibnas sudah siap terjun,” tutur pria yang hobi bermain catur ini.

Ia menjelaskan dirinya terjun didunia sosial ini karena ingin membuktikan bahwa etnis Tiong Hoa juga bisa melakukan sesuatu. “Saya ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa kita suku tionghoa bukan suku yang seperti dibicarakan banyak orang yang bisanya hanya dagang. Kita harus benar-benar berbuat untuk negara kita dan mengabdi untuk negara sendiri,” ucap bapak dua anak ini.

“Oleh karena itu saya bilang pada anda bahwa nama saya Tjhi Fat Khiong. Bila ditanya nama Indonesiannya apa, ya tidak ada. Karena nama Tjhi Fat Khiong adalah jelas nama Indonesia,” katanya tegas.


Kedepannya ia ingin melihat wilayah Muara Karang lebih teratur, tertib dan aman. “Saya selalu memimpikan Indonesia bisa tertib administrasinya, tertib lalu lintasnya, tidak takut bepergian pada malam hari. Sekarang jangan membicarakan Indonesia dulu deh terlalu jauh, mudah-mudahan wilayah Muara Karang bisa seperti itu sehingga nyaman tinggal di Muara Karang,” jelasnya menutup pembicaraan. @ rama aditya

Minggu, 28 Mei 2017

Info Pluit Kapuk : Erny Juang dan Bara Pattiradjawane

Info Pluit Kapuk : Erny Juang dan Bara Pattiradjawane

Info Pluit Kapuk : Erny Juang dan Bara Pattiradjawane

Erny Juang
Wanita Rumahan yang Hobi ke Mal

Erny Juang Sumber Youtube









Siapa sangka, peraih gelar Cici 2008 dalam pemilihan Koko dan Cici  2008 beberapa waktu lalu adalah warga Pluit. Erny mengaku tidak ada persiapan khusus mengikuti ajang ini. “Bulan Juni saya pulang dari Beijing. Saat itu pendaftaran sudah mau tutup, di saat-saat terakhir saya baru kirimkan persyaratannya,” ujarnya yang baru saja menyelesaikan pendidikan bahasa Mandari di Beijing, China.

Dari ajang tersebut, Sarjana Manajemen Ekonomi dari Universitas Taruma Negara Jakarta ini, banyak belajar mengenai kebersamaan dan kekeluargaan. Erny menemukan kebanggaan tersendiri. Pasalnya, mantan finalis Miss Cosmo Peagant 2005 ini turut melestarikan dan memperkenalkan kebudayaan tionghoa kepada masyarakat luas.Kegiatannya sehari-hari kini dijejali oleh tugas dan tanggung jawab sebagai Cici 2008. “Saat ini aku hanya fokus pada tugas saya sebagai Cici 2008,” ujar penyuka pizza sambil berharap diberi kesempatan terjun di dunia entertainment dimulai dari bintang iklan ini.

Pemilik tahi lalat di area bibir ini tergolong wanita rumahan yang hobi ke mall. “Kalau tempat hang out, aku paling ke mal, jalan-jalan dan nonton bareng teman-teman,” ucap wanita yang tahun ini genap berusia 24 tahun. Bila bertemu Erny di Mal kawasan Pluit dan sekitarnya jangan sungkan untuk menyapa ya. @ rama aditya



Bara Pattiradjawane
Berpikir di Luar “Kotak”

Bara Pattiradjawane
Sumber : Jagat Resep












Selai kacang dan saus botolan digunakan sebagai bahan pengganti bumbu kacang gado-gado siram. Demikian dengan green-tea, yang dipakai sebagai pengganti kuah sirup pada es buah. Bayangkan cita rasa yang tercipta, bagaimana manisnya selai kacang bertemu dengan sayuran segar serta sepatnya teh hijau bertabrakan dengan rasa manis buah-buahan. Bila dibayangkan rasanya ajaib namun bila dicicipi….wuiihhh nikmat.

Menu makanannya memang seajaib pembuatnya, Bara Pattiradjawane. Chef funky ini memang dikenal sebagai chef yang unik karena keberaniannya menyilangkan rasa masakan. Hal itu ia dapat karena ia selalu berpikir diluar kotak (out of the box). “Buat apa saya tampil di TV, bila hanya menjadi chef yang sama dengan chef kebanyakan, saya harus berfikir berbeda dari yang sudah ada,” ujarnya kepada Info Pluit Kapuk.

Mengenai masakan favorit, pembawa acara Gula-gula di sebuah televisi swasta ini ternyata suka dessert yang manis. Padahal, ia berdarah Ambon-Manado yang notabene penyuka masakan pedas. “Saya ini agak kejawa-jawaan, suka sekali membuat masakan yang manis,”Ujarnya sambil tertawa.


Dirinya tidak pernah khawatir bila gagal menciptakan menu yang menarik, selain sudah 30 tahun terjun di dunia masak-memasak dirinya mengaku memiliki lidah yang peka. Kepada Info PluitKapuk, ia sempat memberi saran agar memasak menggunakan panca indera. “Memasak cukup gunakan indera penglihatan untuk memilih bahan masakan yang baik, indera penciuman memilah bahan masakan yang busuk, serta yang paling penting adalah indera perasa untuk menentukan apa rasanya sudah pas,” kata Bara. @ rama aditya

Jumat, 26 Mei 2017

Info Pluit Kapuk : Bencana Kebakaran Mengintai kawasan Pluit

Info Pluit Kapuk : Bencana Kebakaran Mengintai kawasan Pluit

Musibah kebakaran sudah beberapa kali menghanguskan rumah warga kawasan Penjaringan, Pluit Kapuk. Masyarakat perlu waspada. 

Sebut saja kejadian yang terjadi pada Kamis (11/9) malam hingga Jumat (12/9) dini hari. Sebuah gudang pendingin ikan tuna yang terletak di Jalan Muara Baru Ujung Blok NS Gudang Tuna TST 21, hangus terbakar.

Gudang seluas 20m x 40m milik Ali Acung (31) itu rata dengan tanah dalam waktu singkat. Api diduga berasal dari hubungan arus pendek. Kebakaran tersebut tidak merenggut korban jiwa. Namun, sebanyak 50 karyawan terpaksa kehilangan pekerjaan sementara waktu.

Wakil Lurah Penjaringan, Joni menuturkan, api berhasil dipadamkan pada pukul 00.30 WIB. 18 unit mobil pemadam kebakaran dan 2 unit mobil ambulance diturunkan.

Sebelumnya, pada Selasa (9/9) dini hari, kobaran api dengan cepat meluluh-lantakkan 136 rumah semi permanen di blok empang, gang III dan IV perkampungan nelayan Muara Angke, Pluit, Jakarta Utara. Akibatnya 475 jiwa kehilangan tempat tinggal.

Untuk memadamkan amukan si jago merah, Dinas Pemadam Kebakaran (DPK) Jakarta Utara mengerahkan 24 unit mobil DPK ke lokasi kejadian. Ke- 24 unit DPK tersebut merupakan unit gabungan, yakni Jakarta Utara 17, Jakarta Barat 2 unit dan Jakarta Pusat 2 Unit dan 3 unit mobil bantuan yang ikut diturunkan.

Dari pantauan Info Pluit Kapuk, Selasa (9/9) sore, 2 buah tenda darurat milik lembaga  amal Dompet Dhuafa berdiri tepat di tengah lokasi kebakaran. Tak jauh dari lokasi kebakaran, juga berdiri tenda milik Kodim setempat. Sebuah dapur umum sedang sibuk membuat masakan, tim medis dari kelurahan Pluit sibuk melayani warga yang terkena musibah.

Pada Jumat (3/10) dini hari, api kembali menghanguskan 4 rumah di Jalan Pantai Utara, Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara. Satu unit mobil pemadam kebakaran datang ke lokasi kejadian ketika api sudah mengecil. Cepatnya api membakar empat rumah warga tersebut karena bahan-bahan bangunan rumah yang mudah terbakar seperti kayu dan papan.

Kali ini, api kembali membakar 30 gubuk di pemukiman padat penduduk kolong Tol Sedyatmo KM 19, Jl Jembatan Tiga, RT 6/16 Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, Senin (6/10).

Peristiwa kebakaran itu terjadi sekitar pukul 01.25 WIB. Dua jam kemudian api berhasil dipadamkan oleh 12 mobil pemadam kebakaran.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun dipastikan 150 jiwa dari 30 kepala keluarga (KK) kehilangan tempat tinggal dan kerugian yang ditimbulkan ditaksir mencapai puluhan juta rupiah.

Rusmono, tokoh masyarakat setempat mengatakan, mereka yang menjadi korban kebakaran, saat ini sudah ditampung di rumah-rumah tetangga seraya menunggu perbaikan rumah mereka yang hangus terbakar. "Ke-30 kepala keluarga yang menjadi korban kebakaran sekarang ditampung di rumah-rumah tetangga, mudah-mudahan ini merupakan peristiwa kebakaran yang terakhir kali," ungkapnya berharap. @ rama aditya

Senin, 22 Mei 2017

Petugas P2B Bongkar Tower Tak Berizin di Penjaringan

Petugas P2B Bongkar Tower Tak Berizin di Penjaringan

Sebanyak 31 tower tak berizin ada di Jakarta Utara. Beberapa diantaranya berdiri di kawasan Pluit dan segera dibongkar petugas secara bertahap.

Maraknya tower tak berizin memaksa Sudin Penertiban dan Pengawasan Bangunan (P2B) Jakarta Utara bertindak tegas. Sebuah tower milik salah satu provider swasta yang berdiri di sebuah ruko (rumah toko) dibongkar paksa. Pasalnya, tower telekomunikasi yang terletak di jalan Tanah Pasir, Komplek Pertokoan no. D 3 RT 15/07, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan yang dibongkar karena tidak berizin. Selain itu, tower ini berdiri di tengah pemukiman penduduk dan amat mengkhawatirkan bila roboh secara tiba-tiba.

Karenanya banyak penduduk yang protes dengan keberadaan tower tersebut, mereka beralasan keberadaan tower tersebut membuat siaran televisi dan radio dirumah mereka terganggu, selain itu kebanyakan dari mereka takut akan radiasi yang ditimbulkan dari tower yang terletak hanya beberapa meter dari rumah warga ini.

Bahkan menurut beberapa pemilik ruko lain disekitar berdirinya tower tersebut mengaku pernah disodori sebuah surat permintaan izin untuk proyek membangun dari ruko No. D3.  “Saat itu saya tidak tahu mereka akan membangun apa, saya hanya diminta untuk tanda tangan,” ujar pemilik ruko yang meminta namanya dirahasiakan. Modus pendirian tower ini pun semakin berkembang dengan memanfaatkan gedung-gedung pertokoan yang umumnya terdiri dari 4 lantai sehingga menghemat biaya cukup besar.

Kasie P2B Sugeng Santoso menjelaskan sebelum melakukan pembongkaran paksa pihaknya telah berkali-kali mengeluarkan surat untuk segera dibongkar mulai dari SP4, Segel dan SPB. Karena mereka mengindahkan terpaksa diambil tindakan tegas. “Lantaran pemilik tetap membandel maka kami langsung mengambil inisiatif untuk membongkar paksa,” tutur Sugeng Santoso.

Beberapa bulan lalu, tower setinggi 35 meter ini juga pernah dua kali dibongkar petugas. Anehnya, tower kembali berdiri di tempat yang sama. Ketika Info Pluit kapuk memantau ke lokasi, tower ini sudah selesai dibongkar.

Jumlah tower telekomunikasi di Jakarta Utara sendiri mencapai 455 tower. Sebanyak 31 tower tidak berizin dan menyalahi peraturan baik berada di luar pola penyebaran tower telekomunikasi maupun yang mendapat protes dari masyarakat. Karena itu sebanyak 11 menara ilegal akan dibongkar selepas lebaran atau hari raya Idul Fitri. @ rama aditya 

Minggu, 21 Mei 2017

Info Apa Siapa Thomas Djorgi dan Tracy Trinita

Info Apa Siapa Thomas Djorgi dan Tracy Trinita


Thomas Djorgi
Apa Namanya Ya?
Hari raya besar seperti Hari Natal sebetulnya saat yang tepat untuk menuai rejeki bagi para penyanyi. Namun tidak bagi Thomas Djorgi yang memilih berkumpul bersama keluarga.  Tiga hari libur dari kegiatan show diambilnya. "Sebetulnya saya ada tawaran menyanyi di Pekanbaru, namun saya tolak karena berkumpul dengan keluarga besar saat Natal lebih penting, "tegasnya.

Walaupun begitu, Thomas tidak melupakan kegiatan untuk acara sosial. Buktinya dia hadir pada acara Celebrity for Kids National Mother Days yang diselenggarakan atas kerjasama UNICEF dan Mark Plus. Thomas mengaku belum pernah menghadiri acara sosial sebelumnya, kecuali  pernah mengadakan kegiatan sosial pas ulang tahunnya. "Acara seperti charity ini digerakan kepedulian terhadap anak  kecil, "kata Thomas pada B.Irdiya Setiawan dari Info Kelapa Gading.  

Thomas juga mengaku jarang pergi ke Kelapa Gading. Beberapa kali dia memang pernah ke kawasan hunian dan bisnis ini untuk berbelanja di MKG. Suatu ketika dia pernah melihat sebuah mal besar di pinggir jalan tol. "Apa namanya ya, " pikir saya waktu itu. Rupanya Thomas baru tahu ada Mal Artha Gading dan berjanji akan menyinggahinya. 

Tracy Trinita
Tidur dengan Laba-laba
Namanya anak kecil wajar saja kalau seorang Tracy Trinita berpikir bahwa Natal sebuah perayaan agama yang penuh dengan hadiah dan menghias pohon natal.   Setelah dewasa baru dia tahu bahwa untuk orang beragama Kristen arti yang paling mendalam Tuhan Yesus lahir di dunia dan mati di kayu salib untuk menebus umat manusia hingga bersyukur atas kelahirannya. "Untuk itu kita merayakan kelahirannya setiap tahun, 'katanya.

Dalam rangka pelayanan ini, Tracy punya pengalaman istomewa sewaktu pergi ke pedaalman Kalimantan awal Desember lalu.  Dia emlihat sendiri anak-anak di pedalaman pakaiannya minim sekali hanya celana dalam yang robek. Perut mereka buncit karena cacingan.  Tracy melihat sendiri mereka munath dan keluar cacing. "Lalu kita bagikan seribu obat cacing untuk mereka. Selain itu mereka juga tidak berpendidikan dan tidak sekolah, "papar Tracy kepada B.Irdiya Setiawan dari Info Kelapa Gading dalam suatu acara di JHHC belum lama ini. 

Tracy pun tidur ditemani laba-laba sebesar tangan dan makan nasi keras dengan ayam yang asal goreng. Tentu pengalaman yang mengesankan. Ke kawasan hunian dan bisnis? Kalau soal itu Model ini beberapa kali pernah ke Kelapa Gading. Di antaranya untuk kegiatan ibadah di sebuah gereja dan ceramah untuk acara kesehatan.