Film silat, bagi sebagian orang hanyalah
tontonan biasa. Tontonan yang menghibur. Tapi tidak, bagi pemilik Amazone,
Soegiandi (36). Bagi bapak 2 anak ini, film silat memiliki filosofi tersendiri.
Filosofi itulah yang diterapkan dalam manajemen bisnisnya hingga kini. “Banyak
strategi dan filsafat yang dapat diambil dari ilmu silat. Bagaimana dahulu
orang-orang membuat suatu kerajaan, itu membutuhkan strategi dan manajemen yang
mumpuni,” ujar penonton setia film silat ini.
Bagi pemilik bisnis arena permainan anak-anak,
dalam berbisnis, tidak mengenal istilah trial dan error. Menurutnya, memahami
inti bisnis yang baik sebelum memulai suatu usaha merupakan hal dasar. “Harus
dimiliki seorang entrepreneur pemula,” katanya.
Caranya, “banyak belajar, bertanya, dan
memperhatikan orang lain. Selain itu jangan terlalu percaya kepada data
tertulis, coba langsung lihat di lapangan, simulasikan bisnis apa yang akan
dijalani. Sehingga akan didapat data yang tepat dari sisi angka-angka dan
kehidupan nyata,” jelas jebolan S2
Manajemen Internasional dari Prasetiya
Mulya Business
School ini.
Amazone, yang dirintis Soegiandi sejak
tahun 2001, kini menuai sukses. Totalnya berjumlah 60 outlet. Tersebar di
berbagai kota
besar di Indonesia .
Awalnya, kata pria kelahiran 12 maret ini, bisnisnya mengalami banyak
kesulitan. Sebabnya, masyarakat lebih mengapresiasi label impor ketimbang lokal
(amazone). “Selain itu kita tidak didukung grup usaha alias berdiri sendiri dan
tidak menempel dengan mall atau departemen store. Butuh perjuangan untuk
mendapatkan kepercayaan dari pihak mall,” ujarnya kepada Info PluitKapuk.
Outlet pertama dan kedua, ia dirikan di Medan dan Lampung. Outlet
Amazone di Pluit Junction merupakan outlet-nya ke-58. Ditanya soal kunci
keberhasilan, warga Kelapa Gading ini menjawab sederhana: kepercayaan.
“Kepercayaan dari orang lain kepada kita dan keperayaan yang dimiliki diri
sendiri untuk memulai suatu bisnis,” ucapnya.
0 komentar: